Serius amat baca judulnya. He..he..he...Saya bukan mau nulis tentang cabang ilmu baru ya semacam Dunia futuristik, kirologi atau Etika medsos. Bukan! sama sekali tentang itu. Ini lebih kesebuah pemikiran saya atas renungan malam setelah banyak menyimak cerita orang dalam rangka mengisi waktu dalam kebersamaan berkehidupan bertetangga ya bebas. Ahai..kok kayak undang-undang,hahaha.
Ini tulisan tentang " Ilmu nyusahin" versi penafsiran saya sendiri yang biasanya didapat istri atau suami dalam menjalankan rumah tangga. Kenapa saya bilang nyusahin? terus ilmu apa aja tuh? nah...silakan seduh teh, kopi, sirup, kapucino cincau dulu sebelum menyimak tulisan saya yang saya kemas dalam cerita pendek-pendek ini.
Cerpen pertama saya kasi judul " UANG BELANJA DARI SAMIN "
Alkisah, sebelum menikah Samin diajak ngobrol sama bapaknya.
"min, Sini Nak" Bapaknya Samin menggeser kursi disebelahnya sambil menyuruh putra pertamanya itu duduk. Sang putra memang sedang membawa segelas kopi diatas nampan untuk ayahnya. Merekapun duduk diteras rumah yang asri ditemani alunan lagu dangdut lembut Ridho rhoma.
"Mumpung ibumu lagi keluar, bapak mau ngajarin kamu ilmu rumah tangga" kata bapak setengah berbisik. " kamu dua hari lagikan mau nikah, ini penting buat kamu. Ilmu ini enggak ada disekolahan. ini ilmu khusus untuk laki-laki" kata bapaknya lagi. " Ilmu apa tuh pak?" Samin jadi penasaran.
Mulailah bapaknya mengajarkan tentang ilmu membina rumah tangga sampai satu jam lamanya dan akhirnya sampailah pada ilmu pamungkasnya " ini ilmu yang paling penting demi keberlangsungan hidup kita" bisik bapaknya lagi. Sangking pamungkasnya ilmu itu, dedaunan dari pohon pete cina yang menaungi rumah merekapun bergoyang-goyang. (hahaha..padahal goyang karena ditiup angin).
"Sini nak" Bapaknya samin ngasi kode agar anaknya mendekat. Samin menurut. Lalu ayahnya membisikkan sesuatu. " Nanti kalo kamu sudah menikah, kalo ngasi uang belanja jangan kamu kasi semua sama istrimu,sebagian saja. Karena banyak istri yang kalo dikasi uang semuanya sama dia seringnya susah kalo mau diminta lagi. Dia pikir semua uang itu punya dia. padahalkan itu uang untuk keperluan keluarga termasuk untuk keperluan kita. Kalo kamu kasih semua, bisa-bisa nanti kita minta uang hasil keringat kita untuk keperluan pribadi kita itu kayak pengemis kita" kata sang Bapak. Samin mengangguk angguk. Dua hari kemudian petuah inipun dilaksanakannya.
Hari berganti hari waktupun bergulir. Ibunda Saminpun sakit keras. Menjelang ajalnya, sang Ibu yang penyayang itu berpesan padanya.
"samin, sini nak" samin mendekatkan dirinya pada sang Ibu. "Samin, nanti kalo mamak sudah ga' ada, ambillah kalung, cincin dan emas batangan yang mak simpan didalam kotak dibawah lemari dapur. Kau buka dulu papan penutupnya. Habis itu sedekahkan sebagian. Sebagian lagi kasi sama bapak, sisanya bagi-bagilah dengan adik-adikmu."
Samin terkejut. Lebih-lebih bapaknya. "duit darimana itu mak? kok kayaknya banyak kali?"
Ibu samin menarik napas pelan. "duit itu mamak kumpulkan dari sisa duit belanja bulanan yang dikasi bapak. Jaga-jaga kalo kalian sakit, atau untuk tambahan bayaran spp sekolah atau untuk keperluan mendadak. Taulah kau, bapak kau tu ga' mau menabung untuk biaya sekolah kelen.it bapak kau yang toke kacang kedele tu kan banyak. Tapi tiap bulan pas-pasan dikasi bapak kau. Setau mamak duit bapakmu slalu ada kalo untuk ngajak makan kawan-kawannya. Bukannya mamak ga' ngasi mentraktir kawan makan, tapi janganlah sering-sering. jadi mamaklah yang harus pandai-pandai memikirkan masa depan kelen.
Bapak Samin tidak menyela. Dia hanya tertunduk. Mulai mengevaluasi diri dikedalaman hatinya, benarkah caranya selama ini. Demikianlah, Ibunda samin meninggal. Tak lama kemudian bapaknya menikah lagi. Samin bimbang. Ilmu pamungkas bapaknya terasa menyusahkan.
Nah, mengapa saya katakan ilmu bapaknya Samin ini ilmu yang "menyusahkan?" yah, karena teori istri akan sulit mengeluarkan uang buat keperluan suaminya itu belum tentu benar. Karena itu sifatnya oknum. Bisa memang ada istri semacam itu, Saya himbau untuk berubah. Kasian suamimu, belahan jiwamu, Namun jangan pula pelit buat ngasi jatah bulanan yang lebih buat istri. Karena bisa jadi istrimu tidak seperti itu. Banyak teman saya yang bilang, habis gajian suami nyerahin semua gaji, habis itu ya dikasi lagi kesuami sesuai kebutuhannya.
Jadi bagaimana enaknya? Menurut saya yang dibutuhkan adalah kesepakatan dalam mengelola keuangan alam berumah tangga. Misalnya, setiap bulannya suami menyampaikan pd istri rizky yg didapat seberapa, lalu berapa kebutuhan yang diperlukan suami dikeluarkan dahulu. Lalu sisihkan untuk kebutuhan anak, belanja bulanan dan pos-pos lainnya. kalo tidak dikomunikasikan, maka yang terjadi :
1. Sang istri menggunakan teknik mensiasati kepelitan suami denagan menyimpan uang sisa belanja suami yang biasanya suka disimpan disaku baju. Pas mau mencuci, sang istripun panen. Ada istri yang mau meminta izin walaupun nunggu banyak dulu baru ngomong. Ada juga yang ga' ngomong sama sekali.
2. Ada istri yang khawatir suaminya bakal ngabisin duit untuk menyalurkan hobinya saja tanpa memperhitungkan kebutuhan keluarga, lantas menyimpan sebagian uang belanja untuk tabungan kebutuhan mendadak. Dan bukan sisa uang belanja. Ketika misalnya membangun rumah uang suami tidak cukup, lantas seperti hero, sang istri lalu menambahkan kekurangan uang tersebut.
3. Lalu ada pula caranya mensiasati hal tersebut, sang istri membelanjakan kebutuhan sembako seperti biasa. Nah, dalam sembako itu ada beras. Kemudian setiap menanak nasi, sang istri menyisihkan segenggam beras kedalam wadah lain. Setelah terkumpul banyak, beras dijual. lalu dibelikan perlengkapan prasmanan. Alhasil, setelah beberapa tahun kemudia, sang istri telah memiliki usaha peminjaman bahan pesta dari caranya ini.
Bersambung deh. cappeeek.
Ehem..makjleb..mas dhonyyy...baca tulisan adeknya nih..kategori yg mana y?? He he..
ReplyDeletehehehe..mba nisa sayang
ReplyDelete